Kamis, 25 Oktober 2012

Keterbatasan Cita-Cita


keterbatasan cita-cita
Ada dua keterbatasan cita-cita:
(1) Kecenderungan mengubah cita-cita Anda sebelum menjadi kenyataan, dan (2) Bahaya ambisi pribadi yang tidak terkendali—cita-cita yang tidak terkontrol dan tidak terarah.
Mari kita bahas satu persatu kedua point di atas,sbb.:
Cita-cita yang Bcrubah
Pernahkah Anda melihat seorang wiraniaga (salesman) yang sangat berhasil dalam usahanya? Kemudian, setelah dia masuk dalam golongan orang dengan pendapatan lebih besar, tiba-tiba dia ingin menjadi seorang manajer, atau ingin menjual produk lain, atau ingin mencoba bidang lain. Dalam proses itu, dia meniadakan atau melanggar prinsip dan praktek yang telah menjadikannya berhasil. Dengan demikian, cita-cita diganggu oleh perubahan rencana. Keawaman dalam bidang yang baru sering merusak prinsip-prinsip utama yang membuatnya berhasil.
Bisa saja seorang penyanyi menjadi terkenal di seluruh negeri dan meraih penghargaan piringan emas di bidang rekaman. Tetapi, mendadak dia memutuskan untuk menjadi bintang film. Dalam kegamangan dan kebingungan emosional selama mempelajari peran yang baru, dia malah menghancurkan dasar-dasar kematangan yang telah membuatnya sukses.
Dibawah ini ada sebuah kisah, ada seorang ahli elektronika, jenius di laboratorium, penemu yang luar biasa. Kesempatan datang kepadanya untuk mendirikan perusahaan sendiri, dia mengambil seluruh tabungannya dan mendirikan perusahaan pemasok barang-barang di bidang yang membuatnya berhasil. Nyatanya dia gagal. Ternyata, dia tidak memahami manajemen. Dia tidak paham akuntansi, juga tidak tahu bagaimana menjual dan melakukan pembelian. Hal ini membuatnya begitu frustrasi sampai-sampai dia berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Dia telah kehilangan kepercayaan diri dan hal-hal yang telah membuatnya berhasil sebelumnya. Akhirnya dia bangkrut. Sekarang dia kembali menekuni bidang teknik dan penemuan, yang merupakan keahliannya, namun pengalaman pahit yang dialaminya telah menggoreskan bekas dalam hidupnya.
Cita-cita dan Ambisi yang Tak Terkendali
Albert Camus pernah bercerita tentang seorang pemuda yang meninggalkan rumah selama 25 tahun. Dia menikah, menjadi kaya dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk mengunjungi ibu dan saudara perempuannya.
Dia datang diam-diam tanpa pemberitahuan, dan tiba di rumah penginapan yang dikelola oleh ibu dan saudara perempuannya. Mereka sama sekali tidak mengenalinya lagi dan dengan maksud melucu dia tetap tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Saat hendak istirahat malam, dia tetap berlagak sebagai pengunjung biasa. Namun pada malam itu, ibu dan saudara perempuannya merampok pemuda tersebut, membunuhnya, dan membuang jasadnya ke kali. Ternyata, ibu dan anak perempuan itu selama bertahun-tahun memang sering membunuh tamu-tamu hotel. Bagi mereka, pemuda itu tidak ada bedanya dengan tamu yang lain. Ketika istri pemuda itu datang ke penginapan tersebut untuk mencari suaminya, dia menceritakan keadaan yang sebenarnya.
Ibu dan anak perempuannya sangat terkejut dan merasa sangat bersalah, sehingga keduanya melakukan bunuh diri. Dapatkah anda memberikan contoh yang lebih tragis akibat ambisi yang tidak terkendali? Yang dapat saya pikirkan hanyalah Hitler, Stalin, dan pemimpin-pemimpin Komunis. Lebih baik hidup sebagai orang biasa tetapi hidup layak, ketimbang diperbudak oleh ambisi yang tidak terkendali. Cita-cita adalah perlengkapan kita menuju sukses. Cita-cita adalah alat kita. Cita-cita akan menuruti segala kehendak
kita seperti budak kepada tuannya, tetapi betapa hebatnya budak dan hamba ini bila kita dapat mengendalikannya. Kunci sukses Anda hari ini adalah belajar mengendalikan cita-cita Anda. Jadikanlah dia suatu alat bantu yang mengagumkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar